
LUMAJANG,
– Ekskavator berwarna biru mengisi aliran sungai Regryo di Dusun Kebondeli Selatan, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur pada hari Kamis (15/5/2025).
Tetapi, mesin berat tersebut bukan dipakai untuk tambang pasir. Excavator itu digunakan untuk memperbaiki arus sungai.
Delapan mesin konstruksi, yaitu tujuh excavator dan satu loader, dipergunakan oleh seorang pemilik usaha pertambangan pasir bernama Satuhan (75). Beliau berasal dari Desa Sumberwuluh.
Pengaturan aliran sungai dicapai dengan memindahkan kembali arusnya ke saluran utamanya, yaitu bagian tengah dari badan air tersebut.
Ini dilakukan lantaran keadaan tanggul yang mengamankan penduduk di Dusun Kebondeli Selatan sungguh menyedihkan.
Dari keseluruhan panjang tanggul yang mencapai 2 kilometer, kira-kira 500 meter-nya sudah tererosi, meninggalkan dinding tanggul dengan ketebalan kurang dari 50 centimeter.
Pada saat ini, area sekitar Gunung Semeru sering dilanda hujan dengan curah menengah sampai tinggi, yang memiliki potensi untuk mengakibatkan bencana longsoran lava panas.
Apabila normalisasi tidak dijalankan, dinding air tersebut berpotensi robek sehingga bisa menyebabkan banjir meluap yang menabrak permukiman penduduk.
Dia menyatakan bahwa delapan mesin berat miliknya telah dipergunakan untuk mendukung penormalan saluran aliran lumpur panas di Sungai Regoyo.
“Kemarin, tujuh unit alat berat dan sebuah loader telah disiagakan oleh kami untuk memindahkan arus sehingga tidak menuju ke tanggul yang terancam retak tersebut,” kata Satuhan ketika ditemui di jalur aliran lumpur panas Sungai Regoyo pada hari Rabu, 14 Mei 2025.
Dia pun menceritakan tentang rasa pilunya ketika merasakan dampak letusan Gunung Semeru pada tahun 2021, dimana dia sempat kehilangan seorang kerabat dekatnya.
Dari waktu itu, Satuhan berjanji untuk memastikan bahwa penduduk yang bermukim di dekat Alir Sungai Regoyo tak lagi mengalami penderitaan serupa.
“Sudah ada pengujian dari Tuhan, putera-puteri saya telah di panggil lebih dulu,” katanya sembari mengucurkan air mata.
Satushan menyatakan bahwa proses penyempurnaannya tidak bertujuan untuk mendapatkan uang, apresiasi, atau posisi kekuasan.
Di masa tuanya yang lanjut, dia hanya berharap bisa membawa manfaat tambahan bagi mereka yang ada di sekelilingnya.
Di samping itu, dia berencana menyediakan tabungan amal sebagai persiapan untuk kehidupannya yang akan datang di alam akherat.
” Ini dilakukan dengan niat lurus karena Allah Ta’ala, saya bukan bermaksud mencari pekerjaan atau untung apa pun, yang saya inginkan hanyalah menyediakan simpanan untuk masa depanku di akherat,” tegasnya.