
, BOYOLALI –
Butuh adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah.
Desa Butuh mempunyai area seluas 194,2920 hektar.
Lokasinya yang strategis dan kondisi geografis yang memfasilitasi membuat Desa Butuh menjadi salah satu area dengan potensi besar dalam sektor pertanian ataupun industri.
Dari sudut pandang lokasi, Desa Butuh memiliki batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah utara: Kelurahan Mojosongo
- Di sebelah selatan terdapat Desa Nepen yang berada di Kecamatan Teras
- Timur: Desa Sudimoro, Kecamatan Teras
Posisinya yang dekat dengan sejumlah desa lain serta terletak pada rute penghubung antara dua kabupaten yaitu Boyolali dan Klaten menambah daya tarik tersendiri dari segi mobilitas dan peluang perkembangan daerah tersebut.
Desa Butuh berada pada ketinggian sekitar 294 meter dari permukaan laut.
Area ini relatif rata sampai cenderung miring dengan kemiringan sebesar 2% hingga 15%. Keadaan tersebut sungguh menguntungkan bagi aktivitas bercocok tanam serta pembangunan permukiman atau wilayah usaha skala kecil.
Sumber daya alam serta pertanian
Kawasan desa Butuh sebagian besar terdiri dari tanah kering yang berpotensi besar dikembangkan menjadi area pertanian dan perkebunan.
Total luas lahan kering yang tersedia mencapai 194,2920 hektar. Dari jumlah tersebut, sekitar 43,1430 hektar telah dimanfaatkan untuk lahan pertanian yang menanam komoditas seperti:
- Pepaya
- Singkong
- Jagung
- Pakan hijauan untuk ternak
Sebagai salah satu produk utama, ubi kayu atau singkong menjadi sorotan dengan hasil rata-rata sebesar 225.750 kwintal per hektare — sebuah angka yang mengindikasikan bahwa pertanian area kering di Desa Butuh sangat efisien dan berpotensi besar.
Asal-usul Nama Desa Butuh
Sebenarnya, Nama Butuh menyimpan arti sejarah dan sosial yang sangat mendalam.
Kata ini diambil dari “butuhake”, yang dalam bahasa Jawa memiliki arti “memerlukan”.
Ucapan tersebut menggambarkan situasi warga saat itu, terutama bagi para pekerja seni, yang berjuang dengan keterbatasan finansial dan harus menyiapkan dana untuk pemenuhan keperluan harian mereka.
Dengan semangat gotong royong dan kreativitas, warga setempat lalu mempersingkat frasa “butuh ake” menjadi Butuh, yang pada akhirnya diadopsi sebagai nama desa tersebut.
Pada sekitar tahun 1930-an, Desa Butuh terkenal mempunyai seni tradisional yang unik yaitu tari ledhec.
Tarian ledhek merupakan jenis pementasan seni tradisional yang diperagakan oleh sekelompok penari, umumnya wanita, dengan latar belakang musik khas Jawa.
Tarian ini tidak semata-mata sebagai hiburan, melainkan telah menjadi elemen penting dalam dinamika sosial masyarakat, khususnya pada perayaan-perayaan seperti hajatan dan syukuran.
Pada zaman tersebut, tarian ledhek bukan sekadar alat untuk menyampaikan kreativitas artistik, melainkan juga jadi sumber pendapatan bagi pelakunya.
Dengan menyelenggarakan pertunjukkan di berbagai lokasi, mereka bertujuan untuk memperoleh penghasilan yang dapat menutupi kebutuhan sehari-hari.
Berikut ini adalah salah satu alasannya mengapa istilah “butuhake” (memerlukan) sangat erat kaitanya dengan jati diri penduduk Desa Butuh pada masa tersebut.
(*)